Beautiful In White Part 4 [END]


Main Cast : Dennis Park a.k.a Leeteuk
                   Abigail Lavoie (OC)
Other Cast : Aiden Lee a.k.a Donghae
                    And the other cast

Genre : Friendship, Romance (maybe)
Rating : -
Note : Ini lanjutan dari Beautiful In White. Semoga suka yaa. Ide cerita ini murni dari pikiran saya. Jika ada kesamaan latar, alur, dsb itu hanya kebetulan semata. FF ini juga di post di FB dan blog pribadi. Dan saya gak yakin apakah untuk part ini feel-nya dapat atau tidak, jadi mohon maaf jika readers tidak puas dengan ceritanya. Oh ya, mian kalo judul tak sesuai dengan cerita. Karena saya gak pintar buat judul. Dibutuhkan kritik dan saran dari readers, karena saya masih pemula. Gomawo. Happy Reading! 


***

Recommended Song : Shane Filan – Beautiful In White. Disarankan bacanya sambil dengerin lagu ini ya. 

You look so beautiful in white tonight –Beautiful In White Part 4-

“Kau terlihat cantik.”
“Ya, sangat cantik.”
Kini mereka—Abigail, Claire, Stella, dan Fraya—berada di ruang pengantin perempuan. Ya, Abigail menikah malam ini.
“Terima kasih,” jawabnya singkat sambil terus berjalan mondar-mandir.
“Hey, kenapa kau mondar-mandir tak jelas begitu?” Tanya Claire.
“Ah, tidak. Tidak apa-apa,” jawabnya singkat. Namun saying, teman-temannya menatapnya dengan tatapan tak percaya.
“Benarkah?” Tanya Stella kemudian. “Sayang sekali, Abigail. Tapi matamu mengatakan hal lain. Kau tidak baik-baik saja.”
“Dia itu sedang resah apakah orang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu sudah sampai atau tidak,” sela Claire melanjutkan, sukses membuat wajah Abigail yang sudah dirias merona merah karena malu.
“Hey, tenang saja. Dia pasti akan datang,” akhirnya Fraya bersuara.
“Pengantin perempuan harap bersiap-siap, pemberkatannya akan dimulai,” ujar salah seorang petugas yang menghampiri mereka.

***
“Kau yakin?”
“Ya, kau tampan. Sangat tampan,” ujar Aiden.
Kini aku hanya bisa duduk diam. Aku memang terlihat tenang, tapi hatiku tidak. Jantungku berdebar-debar tak menentu. Bayangkan, hari ini adalah hari pernikahanku. Hari pernikahanku dengan Abigail Lavoie. Salah satu hari yang sangat bersejarah dalam hidupku. Hari dimana kami akan mengucapkan janji pernikahan kami.
“Hey, tidak usah gugup begitu. Keringat dingin yang keluar dari tubuhmu itu malah akan merusak penampilanmu yang katanya ‘memang sangat tampan dari dasarnya’ itu,” ujar Aiden mencoba menenangkanku. Aku hanya bisa memperlihatkan senyum.

***
“Saya, Dennis Giraudeau, mengambil engkau Abigail Lavoie, sebagai istriku. Saya berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya, bahwa saya akan setia kepadamu, dan mengasihi engkau, dalam suka maupun duka, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya, sebagaimana wajib diperbuat seorang suami yang beriman kepada Yesus Kristus.”
Aku menatap Abigail Lavoie sementara Abigail bergantian mengucapkan janji yang sama padaku.
“Dennis, kau bisa memasangkan cincin di jari Abigail.”
Aku pun mengambil kotak cincin yang diserahkan padaku, membuka tutupnya, dan mengambil cincin berbentuk bulat yang berwarna sederhana namun elegant itu. Hampir saja cincin itu terjatuh dari genggamanku karena kegugupanku. Aku meraih tangan kanan Abigail dan memasangkan cincin tersebut di jari manisnya. Dan Abigail melakukan hal yang sama yang telah kulakukan padanya padaku.
“Dengan kuasa yang diberikan oleh Gereja, aku menyatakan kalian sebagai suami-istri. Dennis, kau boleh memberikan ciuman kasih untuk istrimu sekarang.”
Aku membuka cadar Abigail, dan mencium keningnya. Kulihat Aiden, sahabatku, bertepuk tangan paling keras dari yang lainnya setelah aku mencium Abigail.

***
Akhirnya pemberkatan sudah selesai dilaksanakan dengan lancar. Kini kami sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Aku akan selalu mengingat janji pernikahan yang telah kuucapkan. Ya, aku serius!
Kini acara Resepsi dimulai. “…barangkali ada sepatah atau dua patah kata yang ingin Anda sampaikan?” suara Claire—MC di acara pernikahan kami terdengar dari Mic yang di pegangnya. Kini puluhan pasang mata menatapku dengan rasa ingin tahu.
Aku menghampiri Claire dan mengambil Mic yang disodorkannya padaku dan berkata, “Saya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah bersedia hadir di acara pernikahan kami,” ujarku. “…saya ingin menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang yang kini berstatus ‘istri’ saya. thank you for turning my life into a colorful one. ” kataku lagi—lalu berjalan menghampiri keyboard yang sudah disediakan dan kemudian duduk di depan instrument tersebut.

Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous
I couldn’t speak
In that very moment
I found the one and
My life had found it’s
Missing piece

Aku teringat kembali saat kita pertama kali bertemu. Ya—aku merasa gugup, sampai-sampai aku tak bisa bicara. Dan selama aku bersamamu, bisa kurasakan aku telah menemukan seseorang yang tepat. Sosok yang selama ini kucari-cari.

So as long as I live I love you
Will heaven hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I’ll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

But we have is timeless
My love is endless
And with this ring I
Say to the world
You’re my every reason
You’re all that I believe in
With all my heart I
Mean every word

You look so beautiful in white
So beautiful in white
Tonight

And if our daughter’s what our future holds
I hope she has your eyes
Finds love like you and I did, yeah
I wish she falls in love and I will let her go
I’ll walk her down the aisle
She’ll look so beautiful in white

Saat kau dan ayahmu menuruni altar sambil bergandengan tangan—dan ayahmu menyerahkan tanganmu kepadaku, ya, aku ingat itu. Ayahmu menatapku dengan tatapan ia percaya padaku sehingga ia mau membiarkanmu pergi untuk hidup bersamaku.

You look so beautiful in white
(Shane Filan – Beautiful In White)

Dan satu lagi, kau sangat cantik mengenakan baju pernikahan itu. Ya, itu benar. Kau sangat cantik malam ini. Istriku, Abigail Lavoie.
The END

Comments

Popular posts from this blog

It’s You